Cagar Budaya

Informasi
Bangunan Cagar Budaya

Bala Keselamatan Rumah Sakit William Booth Surabaya

Jl. Raya Diponegoro No.34, Darmo, Wonokromo
Bangunan Cagar Budaya

Pada masa Hindia Belanda Jalan Diponegoro dikenal dengan Reinersz Boulevard. Di jalan tersebut, Pemerintah Hindia Belanda mengembangkan sebagai permukiman elite sebagai bagian dari kawasan Darmo. Kawasan Bovenstad atau Kota Atas yang merupakan kawasan yang diperuntukkan bagi perumahan-perumahan elite tempo doeloe, daerah di seputar kawasan Darmo tumbuh dengan segala fasilitas publik yang melengkapi pemukiman, Salah satunya adalah Rumah Sakit (RS) William Booth (Gebouw van de William Booth Stichting te Soerabaja).

Rumah Sakit William Booth adalah salah satu Rumah Sakit di Surabaya yang berdiri sejak 1924 dan merupakan salah satu rumah sakit Bala Keselamatan di Indonesia. RS William Booth pada awalnya adalah Rumah Sakit Misi Pelayanan, tetapi dengan berjalannya waktu, RS William Booth harus bersaing dengan Rumah sakit lain untuk  menghadapi tantangan Era Globalisasi.

Berdasarkan sejarah pembangunan RS William Booth yang tidak terlepas dari peran Gereja Bala Keselamatan, sebuah lembaga gereja yang berawal dari sebuah organisasi misi Kristen di kawasan London Timur, Inggris, yang dipelopori oleh William Booth seorang pendeta Metodis pada tahun 1865.

Tahun 1878 organisasi tersebut diberi nama Salvation Army (Bala Keselamatan). Organisasi ini disusun mirip dengan organisasi kemiliteran, petugas-petugas diberi pakaian seragam (putih) serta pangkat, mulai dari jenderal sampai dengan prajurit, Kepercayaan didasarkan atas Injil dan markas besarnya berada di London, Inggris.

Di Surabaya, bidang pelayanan sosial yang dilakukan oleh Gereja Bala Keselamatan adalah di bidang kesehatan. Bala Keselamatan mengawali dengan membuka Klinik Ibu dan Anak maupun pasien lainnya di sebuah ruang yang sempit di Benedenstad (Kota Bawah). Kota Bawah merupakan pusat regional yang berada di Surabaya Utara yang menjadi awal mula sejarah perkembangan Kota Surabaya. Pusat pemerintahan ketika itu masih berada di utara Jembatan Merah, sehingga segala pusat kegiatan masyarakat termasuk di dalamnya perdagangan dan jasa serta permukiman berada di sekitar Jembatan Merah, Ampel dan Kembang Jepun. Kota Bawah ini sering disebut sebagai kota tuanya Surabaya (Oude stad).

Setelah beberapa tahun klinik berjalan, pada tahun 1915 Bala Keselamatan mendirikan Rumah Bersalin dengan menggunakan sebuah rumah bertingkat di Jalan Tambak Bayan. Sebuah rumah yang lebih besar di sewa. Ibu-ibu muda bersama bayi mereka dipindahkan ketempat tersebut dan dimulailah pelayanan Bala Keselamatan melalui Rumah Bersalin yang dipimpin oleh Ajudan Geertruida Salet hingga Tahun 1923. Fasilitas Rumah Bersalin yang dimiliki saat itu adalah 20 tempat tidur dan sebuah Poliklinik.

Seiring berjalannya sang waktu, pekerjaan makin berkembang sehingga Rumah Bersalin Tambak Bayan tidak sanggup memenuhi kebutuhan. Bala Keselamatan kembali mencari lahan untuk mengembangkan Rumah Bersalin tersebut. Akhirnya, diperolehlah sebidang tanah yang berada di Reinersz Boulevard 34, sekarang bernama Jalan Diponegoro. Di persil inilah dibangun Rumah Sakit Bersalin yang peletakkan batu pertamanya dilakukan oleh Ny. G. Hillen pada tanggal 3 Januari 1924 atas nama Residen. 

Pembangunan berjalan selama satu tahun dan pembukaan dilakukan pada tahun 1925. Tahun 1939 bangunan tambahan didirikan di sebelah kanan bangunan pertama. Bagian-bagian lain, seperti ruang bedah, asrama, ruang anak-anak juga dibangun kemudian. Sehingga, semakin berkembang tidak menjadi Rumah Sakit Bersalin lagi tetapi menjadi rumah sakit umum yang diberi nama Rumah Sakit William Booth. Penamaan rumah sakit didasarkan pada nama pendiri Bala Keselamatan.

Peralihan Pemilikan Rumah Sakit

Pada masa pendudukan Jepang, Rumah Sakit William Booth diambil alih oleh pasukan Jepang. Rumah sakit dijadikan sebagai rumah sakit khusus bagian dari Rumah sakit Umum Pusat. Setelah Indonesia merdeka, rumah sakit ini dipegang oleh pemerintah hingga tahun 1947. Ketika rumah sakit dikembalikan lagi ke Bala Keselamatan, maka semua dokter dan tenaga pemerintah ditarik kembali ke rumah sakit milik pemerintah.

Saat ditinggalkan semua dokter dan tenaga pemerintah, rumah sakit dikelola tanpa satu pun dokter kecuali beberapa perawat dan opsir Bala Keselamatan. Keadaan seperti ini tidak berlangsung lama karena seorang dokter misionaris wanita tiba dan mulai bertugas sepenuhnya dalam 24 jam. 

Tahun 1971 rumah sakit William Booth membangun gedung untuk pasien paru-paru. Biaya untuk membangun bagian ini diterima dari Compbell Trust di London. Tahun 1974 bersamaan dengan perayaan ulang tahun Rumah Sakit William Booth ke 50, kamar operasi yang baru, laboratorium, poliklinik dan bagian pendidikan yang berlantai 2 diresmikan. Bangunan ini merupakan sumbangan dari ICCO Nederland. Bulan September 1982 bangunan rontgen bersama peralatannya diresmikan penggunaannya. Bagian atas bangunan ini dipakai sebagai kantor dan ruang pertemuan. Biaya untuk membangun gedung beserta alat-alat radilogi yang modern merupakan hasil sumbangan dari NORAD Norwegia.

Rumah Sakit William Booth teus berkembang menjadi lembaga pemberi pelayanan kesehatan masyarakat meliputi aspek peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan maupun pemulihan kesehatan. 

Rumah Sakit William Booth memiliki luas bangunan 5.504 m² yang berdiri di atas lahan seluas 14.540 m². Dari luas bangunan tersebut, terdapat bangunan induk bergaya Amsterdam School dengan dominasi atap dan terbuka tinggi serta kubah sebagai penanda ruang penerima (hall) dan ruang lonceng. 


-