Cagar Budaya

Informasi
Bangunan Cagar Budaya

Balai Kota Surabaya

Jl Taman Surya 1, Genteng, Genteng
Bangunan Cagar Budaya

       Balai Kota merupakan salah satu bangunan bersejarah yang terkenal di Kota Surabaya. Bangunan ini sebelumnya dikenal dengan nama Staadhuis te Soerabaia. Saat rapat dewan kota pada tanggal 21 Juli 1920 berlangsung, terjadi sebuah perdebatan tentang siapa yang akan merancang gedung Balai Kota. Salah satu anggota dewan, J.M. Eschbach, berpendapat bahwa perancangan gedung Balai Kota lebih baik diperlombakan. Namun menurut Walikota Meyross (walikota pertama Surabaya), hal tersebut tidak efektif karena terbatasnya jumlah arsitek dan tidak adanya juri yang memenuhi kualifikasi untuk menilai kompetisi kala itu. Oleh karenanya, Walikota Meyroos langsung menunjuk arsitek Citroen sebagai perancang gedung Balai Kota. Terpilihnya Citroen didasari atas kemampuannya yang tercatat dalam berbagai karya yang dihasilkan.

 

       Cosman Citroen merupakan seorang arsitek yang sangat populer di Surabaya. Ia memulai karirnya di Surabaya tahun 1915 saat berusia 34 tahun. Selain memiliki banyak karya, Citroen juga dikenal aktif dalam berbagai kegiatan sosial setiap tahunnya. Citroen lahir di Amsterdam, 26 Agustus 1881. Ia merupakan anak ketiga dari tujuh bersaudara. Menurut buku Handinoto (2013:8), Citroen memiliki bakat seni lukis yang diturunkan dari ibunya, sedangkan bakat estetika, ketelitian, dan geometrinya mungkin didapat dari kakek dan ayahnya yang berprofesi sebagai penggosok batu intan. Citroen tetap memegang kendali dalam perencanaan Balai Kota, meskipun masa jabatan Walikota Meyroos telah digantikan oleh Walikota Gerrit Jan Dijkerman (1920-1929). Pada masa pemerintahan Dijkerman, Citroen dapat menjadi partner yang cocok untuk menghadapi masalah dalam melakukan pembangunan kota. Hal ini dikarenakan latar belakang Dijkerman sebagai insinyur sipil dan Citroen sebagai arsitek yang handal sehingga dapat membuat keduanya berjalan berdampingan. Dijkerman merealisasikan pembangunan gedung Balai Kota Surabaya dalam dua tahap, yaitu rancangan pertama pada 1915-1917 dan rancangan kedua pada 1920. Nama Dijkerman sendiri diabadikan dalam sebuah nama jalan yakni Jalan yang sekarang Yos Sudarso. Pada tahun 1921, Citroen masuk menjadi anggota BNA (Bond van Nederlanse Architecten). Masuknya Citroen sebagai anggota BNA menunjukkan bahwa ia bukan sekadar asisten arsitek biasa, tetapi ia juga diakui sebagai arsitek penuh. Gedung utama Balai Kota selesai dibangun pada tahun 1925, akan tetapi gedung ini baru digunakan secara resmi pada tahun 1927.

 

       Pada masa pemerintahan A. Meyroos, Balai Kota awalnya ditetapkan untuk berlokasi di depan Tugu Pahlawan. Namun, rancangan Citroen tersebut tidak dapat terlaksana karena terkendala oleh biaya. Rancangan Citroen dilanjutkan kembali pada masa walikota kedua, Dijkerman. Lokasinya berpindah ke daerah Ketabang, tepatnya di Jalan Walikota Mustajab No.59, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur. Pemindahan lokasi tersebut berdampak pada rancangan sebelumnya. Citroen harus merombak ulang desainnya untuk menyesuaikan lokasi gedung Balai Kota yang baru. Desain gedung diubah dengan mengurangi rancangan bangunan yang ada di bagian belakang bangunan utama. Hal ini dikarenakan gedung Balai Kota tidak menghadap alun-alun, sehingga harus dimundurkan supaya objeknya terlihat lebih menarik. Pelaksana pembangunan Balai Kota dikerjakan oleh N.V Hollandsche Beton Maatschappij.

 

       Rancangan gedung Balai Kota disusun secara simetris dengan menampilkan karakter iklim di Indonesia yang tropis. Bangunannya membentang dari arah timur ke barat dan mengahadap arah utara-selatan. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan pencahayaan yang maksimal dan meminimalisir bagian dinding yang terkena panas matahari. Dengan demikian, sistem sirkulasi udara juga dapat berfungsi dengan baik. Citroen juga merancang selasar yang mengelilingi bangunan. Selasar ini bertujuan untuk mengurangi tampias (hempasan) air hujan agar tidak langsung masuk ke ruangan saat curah hujan tinggi dan mengurangi sinar matahari yang akan mengenai permukaan dinding. Dengan adanya selasar, kusen bangunan yang mayoritas terbuat dari kayu jati akan lebih tahan lama dan berumur panjang. Di sepanjang selasar, kita dapat melihat keindahan ornament mulai dari penataan pola lantai, kusen kayu jati, serta detail ornamen lainnya. Rancangan Citroen dengan Gaya Amsterdam School dan de Stijl masih melekat pada dirinya. Hal tersebut dapat dilihat dari bentuk balok dan kubus yang saling bertumpuk pada puncak kolom yang menunjukkan pengaruh aliran Amsterdam School. Gedung utama Balai Kota memiliki panjang 102 x 19 m. Konstruksinya terdiri dari pondasi tiang pancang beton bertulang yang ditanam, sedangkan dinding-dindingnya terbuat dari bata dan semen. Atapnya terbuat dari rangka besi dan ditutup dengan sirap.

 

       Balai Kota merupakan salah satu cagar budaya yang ada di Surabaya. Balai Kota pernah dijuluki sebagai seribu gulden. Julukan ini diberikan karena biaya yang dikeluarkan untuk membangun gedung serta perlengkapannya menghabiskan dana sebesar seribu gulden. Pada Januari 1937, Balai Kota juga pernah digunakan untuk penyambutan Ratu Juliana dan Pangeran Bernhard Feesten yang sedang berkunjung ke Surabaya.