Hotel Majapahit adalah sebuah hotel mewah yang mempunyai nilai sejarah yang dibangun pada tanggal 1 Juni 1910 di Jl. Tunjungan 65 Surabaya oleh Lucas Martin Sarkies bersaudara. Disalah satu tempat pada bangunan induk ini tertulis : “ De eerste steen van dit gebouw werd gelegd door. Eugene. Lucas Sarkies of den 1 en Juni 1910” Arsiteknya seorang Inggris bernama “James Afprey”.
Jl. Tunjungan merupakan tempat pusat keramaian kota. Namun bila seseorang telah berada dalam kompleks bagian dalam hotel, akan terasa sunyi, tentram dan jauh dari suasana hiruk pikuk. Bagian Belakang Hotel ini berbatasan dengan kampung, yakni Kampung Genteng Legenda dan Genteng Bandar. Dilihat secara keseluruhan, bangunannya mencerminkan arsitektur Barat. Bangunan tengah merupakan bangunan induk digunakan untuk Restoran, pada bagian depannya (barat) dibuat bertingkat, dan pada bagian atasnya berbentuk lengkung yang bersayap. Bangunan ini merupakan bukti kemewahan hidup para kaum kolonial pada zamannya. Selebriti dunia pada masa itu sering singgah di Surabaya sebelum maupun sesudah mengunjungi Bali. Salah satu tamu terkenal hotel ini adalah Charlie Chaplin yang hadir saat peresmian lobi hotel baru yang bergaya art deco pada tahun 1936. Sejak tahun 1936, wajah depan Hotel Oranje berubah. Perubahan ini dengan penambahan lobi. Sementara Menara kembar juga dirobohkan. Pada Menara bendera inilah nantinya akan terjadi insiden perobekan Bendera Merah-Putih-Biru, tepatnya tanggal 19 September 1945.
setelah Proklamasi Kemerdekaan dikumandangkan pada 17 Agustus 1945 di Jakarta, maka pada 3 September 1945 Surabaya mulai memperlengkapi dirinya dengan Aparatur Pemerintah Daerah. Dan pada saat itu dimulailah suatu gerakan pengibaran bendera Merah Putih menggantikan bendera Hinomaru Jepang.
Gerakan pengibaran ini menimbulkan pertentangan antara pihak Indonesia dan Jepang, dan Jepang berpendirian bahwa ia harus memegang kekuasaan sampai datangnya sekutu.
Akan tetapi hal ini tidak melemahkan gerakan aksi tersebut, sekalipun harus menghadapi tantangan yang bagaimanapun bentuknya, maka di kantor dan perusahaan dilaksanakan pengambil alihan Pimpinan, yang semula dipegang Jepang sekarang langsung dipimpin oleh Bangsa Indonesia sendiri. Dan dengan demikian berkibarlah Bendera Merah Putih di Kantor-kantor dan Perusahaan dan seluruh halaman-halaman bangsa Indonesia.
Berita tentang kedatangan Sekutu itu, bagi orang Belanda yang pada waktu itu berada di Kamp-Kamp Interniran (Gubeng, Sawahan, Darmo) membuat mereka memiliki harapan cemerlang dan berlagak sombong dan mulailah mereka meninggalkan tempat-tempat itu.
Pada tanggal 18 September 1945 beberapa orang Belanda dibawah pimpinan MR. Ploegman dengan sombongnya telah berhasil menaiki atap Hotel dan mengibarkan Bendera Merah Putih Biru pada tiang yang terpancang pada atap samping kanan Hotel Oranje. Pada tanggal 19 September 1945 mengetahui hal itu, Para pejuang Indonesia melakukan perobekan warna biru pada bendera Belanda, yang berwarna merah, putih dan biru, dengan demikian bendera itu menjadi merah putih yaitu bendera Republik Indonesia. Insiden bendera itu juga mengakibatkan terbunuhnya Mr. Ploegman.