Cagar Budaya

Informasi
Kawasan Cagar Budaya

Lawang Seketeng, Pandean, Jagalan

jalan peneleh, Peneleh, Genteng
Kawasan Cagar Budaya

Asal Usul Nama Kampung

Nama lawang seketeng bersumber dari cerita orang tua (penduduk yang tinggal ditempat itu). dahulu daerah ini adalah bekas kuburan kerajaan yang terletak disekitar Aloon-alon Contong (Bupati Jayengrono) sperti lazimnya kuburan itu yang memepunyai banyak pintu-pintu gerbang yang memasuki daerah kuburan tersebut, dari kata pintu gerbang yang dalam bahasa Jawanya adalah Lawang Seketeng, menjadi sebutan bagi kampung yang konon menurut cerita tersebut adalah kuburan.

PUNDEN

Punden yang dikeramatkan adalah :

-mbah Pitono : terletak di Lawang Seketeng Gg V, beliau merupakan penyebar agama islam dan memunyai murid dari Sedayu, Gresik danSekitarnya.

-Raden Ayu Putri : makam seorag putrid yang datang tidak diketahui oleh penduduk sini, hanya diketahui kemudian meninggal pada usia mudah dan makam ini sebelum Mbah Pitono.


 

Asal Usul Penduduk Kampung

Tanah ini vdari Lawang Seketeng yang termasuk Jagalan, Grogol, Kauman merupakan tanah takaril dari masjid Kemayoran yang mana menurut ceita orang dulu adalah masjid Kemayoran dahulu berada dimuka Kantor Belanda (Kantor Pemda Jawa Timur sekarang). Belada tidak mau ada masjid disana, kemudian dipindah ke Jl. Indrapura sekarang (daerah Kemayorran) ditambah tanah dari batas kampung Jagalan, Lawayng Seketeng, Grogol Kauman sekarang, sehingga orang yang menempati tanah didaerah tersebut meyewa masjid Kemayoran dan dari konteks ini dapat ditarik kesimpulan mungkin penduduk Lawang Seketeng, Jagalan, Grogol Kauman bersala dari daerah kemayoran atau murid Kyai Saleh (Kyai di Masjid Kemayoran), yang kemudian bercampur dengan WNI atau keturunan Cina sebagai pendatang.

 

KAMPUNG PANDEAN

Kampung Pandean adalah salah satu kampung tua di Surabaya yang terletak di sayap timur Jalan Peneleh dan di sebelah utara Makam Peneleh. Berdasarkan penuturan salah satu sesepuh warga Pandean, konon masyarakat Pandean mayoritas adalah pembuat kerajinan logam atau besi seperti : alat pertanian, cangkul, sabit, dan alat untuk perang, sehingga dinamakan daerah Pande besi yang kemudian menjadikan nama kampung tersebut nama kampung Pandean.

Kampung Pandean merupakan kampung yang menjadi tempat lahir Bapak Proklamator dan Presiden RI Pertama Indonesia yaitu Sukarno, tepatya di Pandean Gg IV No.48. Selain itu di kampung Pandean Gg I ditemukan Sumur Jobong yang merupakan peninggalan masa kerajaan Majapahit.



















 

Sumber : Surabaya in the book (potret sisikmelik kota Surabaya), 2009 ; Lembaga publik wongsongo


KAMPUNG JAGALAN

Versi 1: Asal usul nama kampung Jagalan bersumber dari para penduduk yang bekerja sebagai jagal atau bekerja pada jagal, sampai sekarang (tahun dibuatnya makalah ini) masih ada ada beberapa penduduk yang mempunyai profesi sebagai jagal, dari kata jagal inilah timbul istilah “Jagalan”


 

Versi 2: Jagalan dahulu merupakan daerah basis TKR (Tentara Keamanan Rakyat) sedang Tambak Bayan (UPN) merupakan basis Gurkha. Menurut cerita daerah ini pernah disiram bensin sampai menggenang di gang-gang yang kemudian akan dibakar dengan memanah panah api (pembunuhan massal-penjagalan) tetapi pada waktu panah api muncul, daerah ini dikelilingi oleh para wanita berukuh (kain sembahyang). Ketika panah sampai di genangan bensin seperti jatuh di air sehingga tidak terjadi kebakaran, setelah diikuti ternyata berhenti pada suatu tanah pekuburan/makam yaitu kuburan/makam Mbah Sentono. Dari kata Penjagalan (pembunuhan besar-besaran) timbul kata “Jagalan”.


 

Punden di Kampung Jagalan

Di kampung Jagalan ada beberapa punden:

  • Mbah Sentono: menurut orang tua disini merupakan orang yang tinggal paling lama di daerah ini. Kemudian setelah zaman Belanda, ketika Belanda akan membuat daerah ini sebagai daerah pemukiman (sebagai ganti untuk masjid yang ada dimuka Kantor Belanda di Jalan Pahlawan Sekarang). Kuburan/makam yang terdapat disana dipindah tetapi ada satu kuburan/makam yang tidak mau dipindahkan, selalu kembali ke Jagalan. Kuburan/makam tersebut makam Mbah Sentono yaitu di Jagalan gang I.
  • Mbah Tumbu (Jagalan gang IV): Pada waktu Belanda membuat WC/ponten umum,bangunan tersebut ambruk dan membawa korban dan sisa ambrukannya membentuk lengkungan seperti lengkungan masjid. Pada malam harinya terlihat bayangan keranda dan dikelilingi oleh wanita berukuh (seperti tenpat pengajian) setelah digali ada makam tua dan disebut Mbah Tumbu.
  • Mbah Bandem (Jagalan gang VII): Pada waktu sebelum revolusi mbah tersebut merupakan pewrwira Belanda. Pada waktu dia mengkhianati Belanda dia dikejar-kejar oleh Belanda sampai terpojok dan menceburkan diri di sumur di daerah ini kemudian dilempar batu oleh para pengejar (dalam bahasa Jawa: dilempar sama dengan dibandem). Sehingga setelah meninggal disebut Mbah Bandem. 


 

Asal Mula Penduduk Kampung Jagalan

Penduduk Kampung Jagalan merupakan tamiril dari masjid Kemayoran adalah murid –murid dari Kyai Saleh yang merupakan Kyai di masjid Kemayoran pada waktu itu. Kemudian datang perantau dari Pulau Maduran dan menetap di Jagalan, serta warga keturunan Cina tinggal menetap dengan membeli dari penduduk setempat.


 


-