Cagar Budaya

Informasi
Bangunan Cagar Budaya

Museum Wr Soepratman

jalan mangga 21, Tambaksari, Tambaksari
Bangunan Cagar Budaya
  • Siapakah W.R. Soepratman itu ?

Nama Wage Rudolf Soepratman atau yang biasa dipanggil W.R. Soepratman tentu tidak asing lagi di telinga rakyat bangsa Indonesia. Beliau adalah putra bangsa terbaik yang dimiliki Indonesia, pahlawan nasional penggubah lagu kebangsaan Indonesia Raya. Lagu yang selalu dikumandangkan pada setiap peringatan Hari Kemerdekaan RI dan hari-hari besar nasional lainnya.


 

  • Masa Kecil W.R. Soepratman

W.R. Soepratman adalah seorang putra bangsa yang lahir di Dukuh Trembelang, Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, pada tanggal 19 Maret 1903, anak ketujuh dari sembilan bersaudara. Ibunya bernama Siti Senen (Mbok Senen) dan ayahnya bernama Djoemeno Senen Kartodikromo (Sastrodihardjo) seorang bintara Tentara Kerajaan Hindia Belanda (Koninklijke Nederlands Indie Leger / KNIL) yang berasal dari Godean Yogyakarta. W.R. Soepratman menghabiskan masa kecilnya dengan bersekolah di sekolah partikelir Boedi Oetomo di Batavia, sekolah yang dikelola kalangan pergerakan nasional. Ada maksud tertentu Wage Soepratman bersekolah di sekolah tersebut agar Wage Soepratman memiliki rasa cinta tanah air serta semangat kebangsaan.

Saat Wage Soepratman berusia 7 tahun, ibundanya wafat. Empat tahun setelah sepeninggal ibunya tepatnya tahun 1914, Wage Soepratman yang saat itu berusia 11 tahun ikut dengan salah satu kakak perempuannya, Roekijem Soepratijah dan suaminya, Willem M. van Eldik (pribumi asli Jawa) ke Makassar dengan menumpang kapal “Van der Wijk”. Van Eldik memberi tambahan nama “Rudolf” kepada Wage Soepratman, agar bisa didaftarkan di sekolah Eropa – Europees Lagere School (E.L.S). Sejak saat itu Wage Soepratman memiliki nama tambahan menjadi Wage Rudolf Soepratman. 

W.R. Soepratman didaftarkan di sekolah Europees Lagere School (E.L.S) dan diakui sebagai anak Willem M. van Eldik. Tapi sayang, W.R. Soepratman ditolak belajar di sekolah Belanda tersebut, karena kedapatan bukan anak kandung van Eldik.  W.R. Soepratman kemudian meneruskan pendidikan di Tweede Inlandsche School (Sekolah Angka Dua). Setelah tamat sekolah di Tweede Inlandsche School pada tahun 1917, W.R. Soepratman kemudian mengikuti kursus bahasa Belanda pada malam hari.

  • Masa Muda W.R. Soepratman

Pada tahun 1919, ia berhasil lulus ujian sebagai pegawai muda (Klein Ambtenaars Examen). Kemahirannya dalam berbahasa Belanda menjadikan W.R. Soepratman menyelesaikan pendidikan guru di Normaalschool, Makassar. Setelah tamat sekolah Guru ia diangkat menjadi guru bantu di Makassar. Tidak hanya menjadi guru, W.R. Soepratman juga suka bermain musik, ia memperoleh pelajaran musik dari kakak iparnya, Willem M. van Eldik, sehingga pandai bermain biola, gitar dan kemudian bisa menggubah lagu. Saat W.R. Soepratman berusia 17 tahun, ia bergabung di kelompok musik yang dipimpin van Eldik, Black and White Jazz Band sebagai pemain biola. Nama Black and White yang berarti hitam putih itu melambangkan kerja sama atau hubungan akrab antara mereka yang berkulit putih dan berkulit sawo matang. Dalam waktu singkat, Black and White Jazz Band terkenal di seluruh Kota Makassar.

Ketika W.R. Soepratman diangkat menjadi guru tetap, ia harus pindah menjadi guru di sekolah dasar di daerah Singkang. Ternyata kakaknya, Ny. Roekijem tidak setuju, sebab waktu itu situasi daerah itu sedang kurang aman, sehingga akhirnya W.R.Soepratman berhenti menjadi guru. Kemudian W.R. Soepratman bekerja sebagai juru tulis (klerk) di Firma Nedem. Tidak lama ia bekerja di situ, W.R. Soepratman bekerja di kantor pengacara milik Mr.Schulten, teman baik van Eldik. Di kantor pengacara itulah W.R. Soepratman sering membaca berbagai surat kabar, dan mulai tertarik mengikuti pergerakan bangsa. Sekitar tahun 1924, W.R. Soepratman berkenalan dengan Sneevliet dan mulai mendengarkan ceramah-ceramah Sneevliet. Perkenalan itu membuat W.R. Soepratman menjadi nasionalis.

Kegiatan W.R. Seopratman yang makin aktif, menjadikannya kembali diikuti PID (Politieke Inlichtingen Dienst). Pada tanggal 7 Agustus 1938, saat W.R. Soepratman memimpin anggota pandu KBI menyanyikan lagu ciptaannya “Matahari Terbit” yang disiarkan langsung Radio NIROM (Nederlandsch Indische Radio Omroep) di Jl. Embong Malang Surabaya. Ia ditangkap PID (Politieke Inlichtingen Dienst) dan dijebloskan ke penjara Kalisosok, Surabaya. Karena kondisi kesehatannya semakin memburuk saat berada di penjara, PID (Politieke Inlichtingen Dienst) mengizinkan W.R. Soepratman untuk pulang ke rumahnya di Jl. Mangga No. 21 Surabaya. W.R. Soepratman melalui masa-masa sepinya di rumah tersebut, dengan ditunggui dan dirawat oleh saudara-saudaranya. Pada hari Rabu, Wage, pukul 12 malam, tanggal 17 Agustus 1938, W.R. Soepratman menghembuskan nafas terakhirnya. Beliau dimakamkan di pemakaman umum Kapasan di Jl. Tambak Segaran Wetan Surabaya.



-