Cagar Budaya

Informasi
Bangunan Cagar Budaya

Penjara Koblen

Jl. Yasan Praja, Bubutan, Bubutan
Bangunan Cagar Budaya

Penjara Koblen / Tangsi Koblen berada di Jalan Yasan Praja Surabaya. Bangunan penjara seluas 3,6 hektare yang dibangun tahun 1930 ini mulanya digunakan sebagai markas dan asrama militer. Namun selanjutnya menjadi salah satu penjara di Surabaya dan rumah kelam bagi para pejuang yang menetang VOC. Di penjara Koblen ini pula pernah terjadi pembantaian terhadap para tahanan sebagai pembalasan atas hal yang sama yang dilakukan oleh Kido Buntai terhadap rakyat Semarang. Disamping itu tempat ini juga pernah digunakan oleh sekutu untuk memenjarakan pejuang kemerdekaan Indonesia dan tentara Jepang. Setelah masa kemerdekaan, penjara Koblen digunakan sebagai Rumah Tahanan Militer (RTM). Namun kemudian beralih fungsi menjadi penjara politik yang biasa disebut dengan Inrehab (Instalasi Rehabilitasi), tempat dimana para tapol (tahanan politik) mendekam dan menajalani hukuman hingga kemudian dipindahkan ke Nusakambangan dan ke Pulau Buru. Dan menjadikan tapol sebagai orang-orang buangan yang tidak layak hidup di bumi. Penjara Koblen berfungsi hingga pada tahun 1948 saja.

Pada rangkaian peristiwa 10 November 1945, rupanya lokasi ini juga pernah menjadi salah satu medan pertempuran yang sengit antara TKR dan pasukan Inggris. Sewaktu sekutu mendarat di Surabaya, banyak tentara Jepang yang berhasil di lucuti oleh Inggris ditahan di penjara Koblen ini. Pada  tanggal 28 Oktober 1945 angkatan pemuda Indonesia dibantu pasukan istimewa menyerang penjara koblen. Ketika terjadi penyerbuan ke berbagai lokasi pertahanan Inggris oleh pemuda Surabaya, pasukan Inggris yang berjaga di penjara Koblen mempersenjatai tentara Jepang yang menjadi tawanan. Mendengar ini para TKR menjadi merasa terancam. Diluar tembok penjara, pasukan TKR melempakan granat kedalam penjara Koblen, namun karena kurangnya pengetahuan tentang persenjataan, granat yang dilemparkan oleh TKR belum ditarik pengaitnya. Sehingga granat yang dilemparkan ke dalam penjara dilemparkan kembali ke luar tembok dan meledak di tengah-tengah rakyat. Hal ini membuat rakyat marah hingga akhirnya mereka membakar penjara koblen beserta tentara Jepang dan Sekutu yang berada di dalamnya. Penjara Koblen juga menjadi saksi bisu perjuangan para pejuang saat menyerbu Penjara Koblen ini. Pertahanan Penjara Koblen begitu kuat, sehingga banyak di antara para pejuang gugur di lokasi ini. Setelah perang berakhir, para tawanan yang terpenjara di Penjara Koblen dibebaskan pada tahun 1948, sebagian besar para tawanan yang telah bebas pergi ke daerah Malang dan menetap disana.

Bangunan utama Penjara Koblen tertutup dengan rapat oleh tembok kokoh setinggi 3 meter yang terbuat dari susunan batu kali. Pada saat pembangunan tembok penjara ini, batu kali hanya disusun dengan rapi kemudian direkatkan dengan menggunakan putih telur. Di bagian luar tembok dikelilingi oleh parit dan di tiap sudutnya terdapat menara pengawas dengan atap melingkar mirip jamur payung. Unsur keaslian bangunan dengan gaya kolonial masih jelas terlihat. Kondisi bagian dalam penjara Koblen juga telah berubah rupa. Di bagian dalamnya juga terdapat dua buah menara penjaga yang terpisah dari tembok luar. Menara ini dulunya digunakan oleh panjaga penjara ketika mengawasi tahanan dari atas. Ditengarai, penjaga yang naik ke menara menggunakan tangga kayu karena tidak ditemui tangga permanen yang terbuat dari semen. Menara inilah yang menjadi ikon sekaligus tetenger yang paling terlihat. Sayangnya tinggal satu yang masih berdiri, itupun dengan kondisi yang cukup memprihatinkan. Terdapat satu buah rumah tua yang digunakan sebagai pos penjagaan. Rumah tersebut berada di sisi kiri setelah gerbang pintu masuk penjara. Gaya bangunan lama terlihat dari rumah ini yang juga diperkirakan dibangun saat masih digunakan sebagai penjara. Bagian atap rumah ini menggunakan genteng yang ditengarai sudah ada sejak jaman kolonial karena tertulis “nicki soerabaia”.