Cagar Budaya

Informasi
Bangunan Cagar Budaya

Pesarean Eyang Yudo Kardono

jalan cempaka 25, -, Tegalsari
Bangunan Cagar Budaya

Pangeran Pangeran Yudho Kardono memiliki nama asli Kuda Karjana (Kudo Karjono). Dalam buku Kakawin Nagarakertagama, disebutkan bahwa nama-nama pembesar bangsawan Kerajaan Majapahit menggunakan nama binatang di depannya, seperti : Gajah Mada, Kebo Anabrang, Lembu Sora dan beberapa pembesar lainnya. Konon, Kudo Kardono hidup pada jaman pemerintahan Raja Jayanagara (1309-1328) sejaman dengan Gajah Mada yang kala itu belum menjadi patih dan masih berpangkat bekel.

Beliau adalah salah seorang panglima perang Kerajaan Majapahit yang ditugaskan untuk menjaga wilayah pesisir utara, wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit saat itu, yakni daerah Surabaya, Gresik, dan sekitarnya. Raden Kudo Kardono merupakan komandan perang kepercayaan Raja Jayanagara atau Kalagemet. 

Konon, Kudo Kardono merupakan saudara sepupu dari Mahapatih Majapahit, Gajah Mada. Pangeran Kudo Kardono merupakan panglima kepercayaan pada masa pemerintahan Raja Jayanagara (Kalagemet) yang memerintah dari tahun 1309-1328 Masehi. Atas perintah Jayanagara Pangeran Kudo Kardono dengan keberaniannya berhasil menumpas pemberontakan Kuti dan pemberontakan Nambi yang hendak menyerang pemerintahan Jayanagara, yang mana wilayah Cura bhaya (Soerabaja) kala itu masuk wilayah Kerajaan Majapahit.

Kudo Kardono bersama pasukannya lantas diperintahkan untuk menetap di wilayah yang  bernama Tegal Bobot Sari yang sekarang menjadi Tegalsari. Tegalsari letaknya di kali atau sungai yang airnya asin atau Kaliasin. Istana tempat tinggal Kudo Kardono dilengkapi dengan regol (gapura). Lokasi dimana regol berdiri kelak bernama Pregelon. Kudo Kardono meninggal yang jasadnya dimakamkan dekat istana dan makam terletak di Jalan Cempaka yang tidak berubah hingga sekarang. Makam Kudo Kardono merupakan makam yang sesungguhnya dan bukan petilasan. 

Diatas makam Yudo Kardono terdapat simbol Kerajaan Majapahit yang melambangkan Surya Majapahit (Matahari Majapahit) adalah lambang yang kerap ditemukan di reruntuhan bangunan yang berasal dari masa Majapahit. Lambang ini mengambil bentuk Matahari bersudut delapan dengan bagian lingkaran di tengah menampilkan dewa-dewa Hindu. Lambang ini membentuk diagram kosmologi yang disinari jurai Matahari khas "Surya Majapahit", atau lingkaran Matahari dengan bentuk jurai sinar yang khas. Karena begitu populernya lambang Matahari ini pada masa Majapahit, para ahli arkeologi menduga bahwa lambang ini berfungsi sebagai lambang negara Majapahit.

Pesarean Yudo Kardono tepatnya berada di Jalan Cempaka no 25 Kecamatan Tegalsari, Surabaya. Kondisi area Makam yaitu pintu gerbang dengan gapura dengan patung burung rajawali dan buah pala. Saat memasuki halaman Pesarean ini suasana terasa tenang dan sejuk. Kompleks Pesarean ini dipugar kembali pada tahun 1959-1960 dan dengan catatan tanpa merubah bentuk dalam dari makam tersebut. Dikompleks Pesarean tersebut juga terdapat arca Tri Murti yang dibuatkan pondokan kecil dari semen yang berfungsi sebagai tempat pemujaan Hindu Bali waktu dulu dan disitu terdapat mushola Ujung Galuh sumbangan berbentuk rumah panggung sebagai tempat ibadah muslim. 

Di area Makam Kudo Kardono terdapat Sanggar Pamujan tempat ritual para penganut Kejawen yang mempelajari ilmu Jawa sejati. Disana ditemukan pula bangunan Ontho Bogo yang berupa ukiran batu besar. Pada bagian tengahnya terdapat kucuran air yang dipercaya sebagai lambang kemakmuran oleh warga setempat.

Dalam komplek pesarean ini terdapat juga Balai Mojopahit. Tempat itu merupakan  sarana penginapan atau istirahat para musafir atau peziarah yang berniat bermalam yang mengikuti ritual di pendopo utama, biasa dipakai untuk sedekah bumi di wilayah Tegalsari dimana lokasi pesarean ini berada. Di situ terdapat pula Pesarean Eyang Wahyu selaku Penasehat Eyang Kudo Kardono. Kata juru kunci, “ada pula sumur keramat yang dipercaya banyak kalangan bisa menyembuhkan berbagai penyakit kecuali penyakit stroke”. Nuansa mistis yang dimiliki tempat ini ternyata sangat mengundang minat masyarakat untuk berkunjung. Pesarean ini amat diminati warga, terutama dari luar kota, puncaknya dalam kalender Jawa disebut hari Selasa kliwon dan Kamis malam Jumat legi.

Di makam tersebut terdapat tiga makam, pertama adalah ruangan makam Pangeran Yudho Kardono dan dua makam di depannya adalah abdi setia sang panglima. Di area makam itu banyak terpampang gambar tokoh pewayangan. Di antaranya, Bima Sena, Semar, Bagong dan lain-lain. Setidaknya ada delapan gambar tokoh pewayangan. Tak hanya itu, dua payung pusaka berwara keemasan berada di pintu masuk ruangan tersebut.


-