Cagar Budaya

Informasi
Bangunan Cagar Budaya

Rumah Lahir Ir. Soekarno

jalan pandean IV No. 40, Peneleh, Genteng
Bangunan Cagar Budaya

Presiden Soekarno dalam biografinya yang ditulis oleh Cindy Adam secara tegas menyatakan bahwa dilahirkan di Kota Surabaya. Pernyataan tersebut menepis berbagai spekulasi yang sebelumnya berkembang bahwa beliau dilahirkan di Kota Blitar. Presiden Soekarno dilahirkan tanggal 6 Juni 1901, dari seorang Ibu bernama Ida Ayu Nyoman Rai dan ayah bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo. Ayah Presiden Soekarno adalah seorang guru sehingga kehiodupannya berpindah-pindah. Raden Soekemi Sosrodihardjo menikahi Ida Ayu Rai pada tahun 1897, saat beliau ditugaskan menjadi guru di Bali. Satu tahun kemudian anak mereka lahir dan diberi nama Soekarmini, setelah menikah lebih dikenal sebagai Ibu Wardoyo. Perkawinan campuran antara Raden Soekemi yang beragama Islam dan Ida Ayu Nyoman Rai yang beragama Hindu, sebagaimana diakui oleh Presiden Soekarno dalam biografinya, ternyata kurang disenangi oleh keluarga di Bali. Hal tersebut mendorong Bapak Soekemi untuk memboyong keluarganya ke Kota Surabaya, dengan terlebih dahulu mengajukan pindah tugas kepada Departemen Pengajaran.[1]

Di Kota Surabaya keluarga Bapak Soekemi Sosrodihardjo tinggal di sebuah rumah sederhana di pemukiman padat yang terlatak di Pandean Gang IV No. 40 (saat ini). Pada awal abad ke-20 Peneleh merupakan salah satu pemukiman yang sudah terbentuk sejak lama sehingga penghuninya cukup padat. Di tengah-tengah pemukiman, sejak pertengahan abad ke-18 dimanfaatkan oleh pemerintah kolonial Belanda sebagai pemakaman untuk orang-orang Eropa. Di rumah yang terletak di Pandean Gang IV tersebut, pada tanggal 6 Juni 1901 Soekarno dilahirkan. Soekarno menghabiskan masa kecilnya di rumah tersebut, sehingga beliau masih ingat betul suasana perkampungan Peneleh ketika beliau kemudian tinggal di kampung itu lagi saat menempuh ilmu di HBS. Yuke Ardhiati yang selama bertahun-tahun meneliti karya arsitektur Bung Karno menguatkan pendapat bahwa Bung Karno dilahirkan di Kota Surabaya. Hal tersebut sebagaimana dimuat dalam disertasinya yang berjudul Arsitektur, Tata Ruang Kota, Interiror dan Kria Sumbangan Soekarno di Indonesia 1926-1965: Kajian mentalite Arsitek Seorang Negarawan.[2]

Bapak Soekemi Sosrodihardjo beserta keluarga nampaknya tidak terlalu lama tinggal di rumah tersebut. Dalam biografinya, Presiden Soekarno menyatakan bahwa ia sempat tinggal di rumah yang dikontrak oleh orang tuanya di Jalan Pahlawan 88 Surabaya, sampai Ayahnya pindah tugas ke Mojokerto pada tahun 1907. Saat itu Soekarno berusia enam tahun. Soekarno rupanya juga tidak terlalu lama tinggal di Mojokerto karena kemudian ia dibawa oleh neneknya untuk tinggal bersamanya di Tulungagung.

 

Gambaran tentang Rumah Kelahiran Bung Soekarno

Setelah rumah tersebut tidak ditinggali oleh keluarga Bapak Soekemi Sosrodihardjo, rumah tersebut sempat berganti-ganti pemiliki sampai empat kali. Hal tersebut menyebabkan identitas kepemilikan rumah menjadi kabur dan sempat tidak terlacak sejarah rumah kelahiran Presiden Republik Indonesia pertama tersebut. Berkat kerja keras Bapak Peter A. Rohi pendiri Lembaga Institut Sukarno akhirnya rumah tersebut berhasil dilacak pada tahun 2007. Peter A. Rohi melakukan pelacakan rumah tersebut dengan metode cross check antara sumber-sumber yang tertulis di buku dengan para saksi atau keturunan dari saksi yang masih hidup.[1]

Rumah tempat kelahiran Presiden Soekarno terbuat dari batu bata, dan terlihat masih memperlihatkan bentuk asli bangunan yang dibuat akhir abad ke-19. Bangunan tersebut menghadap selatan, diapit rapat oleh bangunan rumah sejenis di kanan dan kiri. Dari tampak depan, lebar bangunan sekitar lima meter, dan panjang ke belakang sekitar limabelas meter. Rumah tersebut dibangun sesuai dengan lebar tanah, sehingga tidak menyisakan bagian untuk teras. Rumah tersebut ditempati oleh Bapak Soekemi beserta istri dan dua orang anaknya yang masih kecil, sehingga rumah sebesar itu masih terasa lapang pada saat itu.

Nilai hostoris rumah tersebut sangat tinggi karena merupakan tempat kelahiran bapak bangsa, pejuang kemerdekaan, pembaca teks proklamasi, dan presiden pertama Republik Indonesia. Rumah tersebut memiliki andil besar dalam pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia.