Cagar Budaya

Informasi
Bangunan Cagar Budaya

Siola

jl tunjungan 1-3, Genteng, Genteng
Bangunan Cagar Budaya

SEBELUM KEMERDEKAAN

Salah satu bangunan terkenal di Jalan Tunjungan adalah Gedung Siola. Sebelum menjadi Toko Siola, gedung ini dulu dipakai sebagai toko serba ada Inggris yang bernama "WHITEAWAY LAIDLAW". Meskipun mengalami beberapa kali ganti wajah depannya, sekarang Gedung Siola tersebut di tempati oleh Pemerintahan Kota Surabaya. Siola merupakan grosir terlengkap di bawah payung Whiteaway Laidlaw & Co, sebuah merk dagang grosir terkenal di dunia waktu itu. Bangunan ini sejak awal tahun 1900-an sudah menjadi pusat pertokoan yang terbesar di Hindia Belanda.

Hario kecik dalam memoarnya menuliskan tentang suasana di jalan Tunjungan, yang mana menjelaskan bahwa jalan Tunjungan merupakan kawasan elite tempat warga Belanda pergi berbelanja kebutuhan mereka pada masa itu. Di sepanjang jalan banyak berjejer toko yang menjual barang-barang mahal yang hanya terjangkau oleh orang-orang kaya.

Sementara  itu, Frank Clune yang merupakan seorang penyiar radio tersohor di Australia pada saat itu juga mengemukakan pengalamannya saat berjalan-jalan di sekitar jalan Tunjungan bersama rombongannya.

“Kami berkeliling kota dengan melewati jalan-jalan utamanya, terkesan dengan pusat perbelanjaan yang trendi terlengkap di Asia. Berdekatan satu sama lain kami menemukan empat toko buku besar yang menjual buku-buku dalam segala bahasa di Asia dan Eropa. Toko-toko lainnya menjual barang seni dan kerajinan Hindia, yang paling mengesankan adalah banyaknya toko tas yang menjual tas tangan berkulit buaya, tidak hanya beberapa, kami melihat ribuan tas.”

 

SESUDAH KEMERDEKAAN 17 AGUSTUS 1945

Pada Saat terjadi pertempuran di Surabaya, Gedung ini dijadikan titik pertahanan untuk menghadang pasukan Inggris. Dalam peristiwa itu terjadi tindakan heroisme seorang tokoh pemuda bernama Madun. Pada saat peperangan, Madun seorang diri memberi covering fire atau tembakan perlindungan dengan senapan mesinnya menghadang tentara Inggris, agar teman-temannya bisa menyelamatkan diri. Tetapi sangat disayangkan, Madun sendiri akhirnya tewas. Pengeboman dari udara oleh Inggris membuat Madun tewas dengan kondisi hangus terbakar dan nampak masih dalam posisi di depan senapan mesinnya. Peristiwa pejuang heroik bernama Madun ini diabadikan dan di kenang dengan patungnya yang saat ini berada di Siola. Sementara itu, pengeboman  Inggris yang dilakukan secara terus menerus mengakibatkan gedung hancur pada bagian depan.

Seiring dengan perkembangan Kota Surabaya, toko Siola menjadi ikon Arek – arek Suroboyo. Sampai sekarang toko Siola menjadi landmark bagi lingkungan dan sekitarnya jalan Tunjungan. Singkatan SIOLA sendiri diambil dari nama pemikinya yaitu SOEMITRO, ING WIBISONO , ONG, LIEM, ANG. Namun pada 1998, pusat pertokoan ini ditutup karena kalah saing dengan pusat perbelanjaan lainnya. Kemudian, gedung ini diisi oleh Ramayana Department Store setelah itu menjadi Tunjungan Center dan yang terakhir menjadi Mall Pelayanan Publik Pemerintahan Kota Surabaya.