Cagar Budaya

Informasi
Bangunan Cagar Budaya

Stasiun Wonokromo

jalan Stasiun Wonokromo, Jagir, Wonokromo
Bangunan Cagar Budaya

Stasiun Wonokromo berdiri di ketinggian +7 m  terletak di Jalan Stasiun Wonokromo no.1. Stasiun Wonokromo menjadi gerbang masuknya kereta api dari arah selatan (Malang/Banyuwangi Baru) dan barat daya (Madiun) menuju Surabaya. Stasiun Wonokromo mempunyai 3 lonceng di sekitar ruang PPKA. Bunyi dari lonceng yang paling utara digunakan sebagai tanda KA diberangkatan dari atau ke Stasiun Gubeng, bunyi dari lonceng yang di tengah digunakan sebagai tanda KA diberangkatkan dari atau ke Stasiun Sepanjang, dan bunyi dari lonceng yang paling selatan digunakan sebagai tanda KA diberangkatkan dari atau ke Stasiun Waru.

Stasiun Wonokromo awalnya memiliki 7 jalur, kemudian berkurang menjadi 5 jalur dan akhirnya berkurang menjadi 4 jalur. Jalur 1 biasanya digunakan untuk pemberangkatan KA ekonomi ke arah barat daya (Madiun) dan sebagai jalur berjalan langsung untuk KA yang tidak berhenti di Stasiun Wonokromo dari arah utara, jalur 2 dan 3 digunakan untuk pemberangkatan KA ke arah selatan (Sidoarjo) dan kedatangan KA baik dari arah selatan maupun barat daya dan jalur 4 hanya digunakan sebagai tempat parkir kereta perawatan jalan rel.

Dahulu pada zaman kedudukan Belanda di Indonesia, Stasiun Wonokromo berfungsi sebagai menunjang mengalirnya hasil perkebunan dari daerah sekitar Surabaya, seperti Pasuruan, sebelum dikapalkan melalui pelabuhan ke Eropa dari Tanjung Perak. Kemudian stasiun ini menjadi persilangan yang besar yang terhubung dengan jalur kereta api Surabaya-Solo yang terus menyambung ke Batavia pada tahun 1894.

Saat ini Stasiun Wonokromo semakin ramai karena menjadi pintu menuju ke Surabaya dari arah selatan maupun barat. Banyak kereta api kelas ekonomi dan commuter line yang meramaikan aktivas di stasiun Wonokromo.



-